DINDING
SEL
A.
Pengertian Dinding Sel
Dinding sel adalah struktur
di luar membran plasma yang membatasi ruang bagi sel untuk membesar. Dinding sel merupakan ciri khas
yang dimiliki bakteri, fungi
(jamur), dan tumbuhan meskipun struktur
penyusun dan kelengkapannya berbeda.
B.
Fungsi
Dinding Sel
1. Memberi
kekuatan mekanil yang sehingga sel mempunyai bentuk tetap;
2. Memberi
perlindungan membrane plasma dan isi sel.
3. Sebagai alat transportasi zat dari dalam ke luar sel
atau sebaliknya.
Mengatur pertukaran zat dari dalam dan keluar sel. Dalam fungsinya
membantu pertukaran zat; air, ion-ion dan molekul kecil dapat melintas
dengan bebas melalui pori-pori kecil dalam dinding sel. Molekul besar
seperti protein dan asam nukleat tidak dapat melalui pori-pori dengan
bebas.
4. Berperan dalam reproduksi sel
C.
Dinding
Sel Bakteri
Dinding sel bakteri
terdiri dari senyawa peptidoglikan, asam teikoat, polisakarida, lipid, asam amino, dan protein. Peptidoglikan
terdiri dari: asam N-asetil glukosamin (NAG) dan N-asetil muramat (NAM), yang
terikat pada L-alanin, D-glukosa, Asam D-glutamat, D-alanin, asam diamino
pimelat, L-lisin, dan L-diamino butirat.
Perlu diperhatikan
bahwa keistimewaan dinding sel bakteri mengandung struktur dan material yang
tidak ditemukan pada hewan dan tumbuhan, dimana urutan yang silih berganti dari
N-asetil muramat dan N-asetil glukosamin. Peptidoglikan hanya ditemukan pada
sel prokariota saja. Diamino pimelat hanya ditemukan pada semua bakteri Gram
negative dan sebagian bakteri Gram positif. Diamino pimelat pada bakteri bentuk
kokus diganti asam amino lisin, alanin, glutamate, glisin, serin, asam aspartat,
dll.
Komponen
Dinding Sel Bakteri
Komponen dinding sel
bakteri terdiri atas peptidoglikan, asam-asam teichoat, dan asam teichuronat.
a. Peptidoglikan
Peptidoglikan, yaitu
suatu polimer N-glikosamin terasilasi dengan rantai peptida. Terdiri atas
unit-unit N-asetilglukosamin dan N-asetilmuramat secara bergantian.
Peptidoglikan berfungsi, yaitu (i) mencegah lisis sel di dalam media hipotonis,
(ii) menyebabkan sel kaku dan memberi bentuk kepada sel.
b. Asam Teichoat
Asam teichoat adalah
kelompok polimer poliofosfat, terdapat di dalam dinding sel dan juga pada
membran sitoplasma. Asam teichoat di dalam dinding sel kurang lebih 20- 50%
berat kering dinding sel. Asam teichoat berperan untuk mengikat Mg dari
lingkungan untuk digunakan dalam reaksi- reaksi metabolisme sel.
Ada dua klas
poliofosfat yang menonjol yaitu ribitol fosfat dan gliserolfosfat.
Gliserolfosfat lebih tersebar dari pada poliribitolfosfat.
c. Asam Teichuronat
Polimer lain dari
karbohidrat yang dijumpai pada setiap bakteri adalah asam teikuronat yang
terikat secara kovalen pada peptidoglikan dan kedua asam tersebut dapat
dipisahkan dari peptidoglikan dengan cara hidrolisis. Asam teichoat dan asam
teichuronat terikat secara kovalen ke peptidoglikan.
Dinding
sel pada bakteri Gram Positif dan Gram Negatif
1. Bakteri Gram Positif.
Bakteri Gram Positif adalah
bakteri yang mempertahankan zat warna metil ungu sewaktu proses pewarnaan Gram.
Bakteri jenis ini akan berwarna biru atau ungu di bawah mikroskop, sedangkan
bakteri gram-negatif akan berwarna merah atau merah muda. Perbedaan klasifikasi
antara kedua jenis bakteri ini terutama didasarkan pada perbedaan struktur
dinding sel bakteri. Bakteri gram positif seperti Staphylococcus aureus
(bakteri patogen
yang umum pada manusia) hanya mempunyai membran
plasma tunggal yang dikelilingi dinding sel tebal berupa peptidoglikan
.
Sekitar 90% dari dinding sel tersebut tersusun atas peptidoglikan
sedangkan sisanya berupa molekul lain bernama asam teikhoat.
Kandungan peptidoglikan mencapai 30-70 % dari berat
kering dinding sel. Jika terdapat polisakarida maka akan erikat secara kovalen.
Kadar proteinnya rendah. Peranan peptidoglikan yaitu memberi bentuk sel,
mencegah lisis sel, dan membuat sel menjadi kaku.
Khas pada bakteri Gram positif adanya asam teikoad
yang berupa rantai terdiri dari 8-50 molekul gliserol pospat atau ribitol
pospat. Asam teikoad mengikat ion Mg2+ (Magnesium), hal ini dapat
memberikan ketahanan panas pada membrane plasma. Fungsi asam teikoad yang lain
adalah mengatur enzim otolisin agar enzim ini dapat bekerjasama dengan sintesis
dinding sel. Pada waktu pertumbuhan enzim otolisin merusak dinding sel yang
lama dan mengganti dengan dinding sel yang baru, serta mengatur pembelahan sel
yang normal.
Dinding sel bakteri gram positif lebih homogen.
Tebal dinding bervariasi antara 10-80 nm, tergantung spesies bakterinya. Selain
peptidoglikan, juga terdapat polisakarida lain dan asam-asam teichoat. Umumnya
molekul asam teichoat terikat secara kovalen pada peptidoglikan.
2. Bakteri Gram Negatif
Bakteri Gram Negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna metil ungu pada
metode pewarnaan Gram. Bakteri gram-positif akan mempertahankan warna ungu
gelap setelah dicuci dengan alkohol, sementara bakteri gram-negatif tidak. Pada
uji pewarnaan Gram, suatu pewarna penimbal (counterstain) ditambahkan setelah
metil ungu, yang membuat semua bakteri gram-negatif menjadi berwarna merah atau
merah muda. Pengujian ini berguna untuk mengklasifikasikan kedua tipe bakteri
ini berdasarkan perbedaan struktur dinding sel mereka. Bakteri
gram negatif (seperti E. coli)
memiliki sistem membran ganda di mana membran pasmanya diselimuti oleh membran
luar permeabel.
Bakteri ini mempunyai dinding sel tebal berupa peptidoglikan, yang terletak di
antara membran dalam dan membran luarnya.
Komposisi dinding sel bakteri Gram negative tersusun
dari senyawa lipoprotein, lipopolisakarida, dan peptidoglikan. Kandungan
peptidoglikannya lebih sedikit daripada Gram positif, sekitar 10-20 % dari
berat kering dinding sel. Tetap di luar lapisan peptidoglikan terdapat
lipoprotein dan lipopolisakarida.
Tiap molekul dinding didapatkan protein porin yang
berfungsi sebagai reseptor bakteriophage dan bakteriosin. Protein porin
inpermiabel terhadap molekul besar, melewatkan molekul kecil seperti
nukleusida, oligosakarida, monosakarida dan asam amino.
Bakteriosin adalah suatu senyawwa protein yang
bersifat bvakteriosida terhadap mikroorganisme, dan mempunyai reseptor spesifik
pada sel sasaran. Bakteriosin disintesis melalui jalur ribosoma, bukan
merupakan metabolit sekunder.
Komponen lipopolisakarida dinding sel bakteri Gram
negative berkaitan denga toksisitas pada hewan yang merupakan endotoksin.
Lipopolisakarida dinding sel bakteri Gram negative terdiri dari suatu lipid
yang kompleks yang dinamakan lipid A dan polisakarida. Lipid A terdiri dari
suatu rantai disakarida glukosamin yang dihubungkan dengan pirifosfat, tempat
melekat sejumlah asam – asam lemak rantai panjang. Polisakarida merupakan
suatu antigen permukaan utama sel kuman,
yang dinamakan antigen O.
Dinding bakteri gram negatif mengandung peptidoglikan
kurang lebih 1% dan memiliki struktur yang lebih kompleks. Membran sebelah
luarnya terdiri atas lipida amfifatik, lipopolisakarida, dan protein.
Lipopolisakarida adalah suatu kompleks lipida tempat melekatnya rantai
polisakarida yang panjang.
Banyak spesies bakteri
gram-negatif yang bersifat patogen, yang berarti mereka berbahaya bagi organisme inang. Sifat patogen ini umumnya berkaitan dengan komponen
tertentu pada dinding sel gram-negatif, terutama lapisan lipopolisakarida (dikenal juga dengan LPS
atau endotoksin).
Fungsi
lipopolisakarida (LPS) pada dinding sel adalah sebagai berikut:
1.
Menahan enzim yang terletak di luar
lapisan peptidiglikan agar tidak meninggalkan sel.
2.
Bersifat toksin yang dinamakan
endotoksin.
3.
Untuk pertumbuhan dindingg sel.
4.
Carier membrane dalam pengangkutan zat
dengan ATP.
5.
Memberikan sifat hidrofilik pada
permukaan sel.
6.
Mengatur mekanisme dalam membentuk
variabilitas permukaan jika inang membenttuk antibody.
7.
Mencegah kerusakan sel terhadap enzim
atau bahan kimia yang merusak sel.
Perbedaan
Dinding Sel Pada Bakteri Gram Positif dan Gram Negatif
1.
Gram Positif
ü Memiliki
lapisan peptidoglikan tebal berupa asam teikoat
ü Dinding
sel yang tebal tersebut menyerap kristal violet saat pewarnaan Gram sehingga
berwarna ungu/biru
ü Mengandung
lebih sedikit asam amino
ü Contoh
: Bacillus thuringiensis
2. Gram
Negatif
ü Memiliki
lapisan peptidoglikan yang lebih tipis
ü Memiliki
kandungan lipid lebih tinggi
ü Memiliki
membran luar yang melindungi dari lingkungan yang tidak menguntungkan
ü Memiliki
lipoposakarida (LPS) sebagai materi endotoksin yang banyak dimiliki bakteri
patogen
ü Terdapat
ruang periplasma yang berisi air, nutrien, hasil sekresi (enzim pencerna dan
protein transport)
ü Contoh
: Pseudomonads
Berikut
ini adalah karakteristik dari bakteri Gram positif dan negatif
Karakteristik
|
Gram
positif
|
Gram
negatif
|
Dinding
sel
|
Homogen
dan tebal (20-80 nm) serta sebagian besar tersusun dari peptidoglikan.
Polisakarida lain dan asam teikoat dapat ikut menyusun dinding sel.
|
Peptidoglikan
(2-7 nm) di antara membran dam dan luar, serta adanya membran luar (7-8 nm
tebalnya) yang terdii dari lipid, protein, dan lipopolisakarida
|
Bentuk
sel
|
Bulat,
batang atau filamen
|
Bulat,
oval, batang lurus atau melingkar seprti tand koma, heliks atau filamen;
beberapa mempunyai selubung atau kapsul
|
Reproduksi
|
Pembelahan
biner
|
Pembelahan
biner, kadang-kadang pertunasan
|
Metabolisme
|
kemoorganoheterotrof
|
Fototrof,
kemolitoautotrof, atau kemoorganoheterotrof
|
Motilitas
|
Kebanyakan
nonmotil, bila motil tipe flagelanya adalah petritrikus (petritrichous)
|
Motil
atau nonmotil. Bentuk flagela dapat bervariasi-polar,lopotrikus (lophtrichous),
petritrikus (petritrichous).
|
Anggota
tubuh
|
Biasanya
tidak memiliki apendase
|
Dapat
memiliki pili, fimbriae, tangkai
|
Endospora
|
Beberapa
grup dapat membentuk endspora
|
Tidak
dapat membentuk endospora
|
D. Dinding
Sel Eukariota
1. Fungi
Struktur
dinding sel fungi terdiri dari senyawa yang bermolekul besar seperti khitin dan
beta-glukan.khitin merupakan komponen utama dari diinding sel fungi yang
berbentuk filament. Komposisi khitin berupahomopolisakarida yang terdiri dari
β-1,4 N-asetil glukosamin. Struktur tersebut hamper mirip selulosa pada sel
tumbuhan tinggi. Betaglukan merupakan polimer D-glukosa dengan ikatan β-1,3 dan
β-1,6 yang berfungsi sebagai skelet sel pada fungi.
2.
Tumbuhan
Dinding
sel merupakan benda ergastik atau bahan inclusion non protoplasmic yang
terdapat diluar plasma sel dan membrane plasma. Apabila dilihat dengan
menggunakan mikroskop electron tampak dua daerah yang berbeda yaitu daerah
mikrofibril acak atau daerah yang terbentuk saat replikasi sel, dan daerah
mikrofibril sejajar atau disebut dinding primer dan sekunder yang letaknya
mengelilingi sel yang dewasa. Mikrofibril adalah suatu unit dasar dari dinding
sel yang terdiri dari selulosa.
Dinding
sel dibagi menjadi:lamella tengah, dinding primer dan dinding sekunder. Dinding
primer terdiri dari selulosa, pectin, hemiselulosa, lemak dan protein. Lamelaa
tengah terdiri dari kalsium pekat yang bentuknya seperti anyaman, dan dinding
sekunder terdiri dari selulosa.
Selulosa
merupakan polimer glukosa ddengan ikatan β-1,4-glikosida, kira – kira satu
molekul selulosa terdiri dari 8000-15000 uunit glukosa. Hemiselulossa adalah
heteropolimer dari polisakarida seperti xilan, galaktomanan, arabinoxilan, dan
glukomanan, funsi hemiselulosa adalah sebagai pelapisi mikrofibril. Pectin
merupakan polisakarida komplek dengan residu asam galakturonat dan asam
gluturonat. Pectin di dalam air akan membentuk koloid, dan dapat menegndap jika
diberikan alcohol dan logam berat, serta bila ditambahkan gula akan membentuk
gel.
Dinding
sel yang berhubungan dengan udara luar sering dilapisi kutin dan suberin
sehingga merupakan lapisan kutikula. Lapisan kutikula inipunjuga tidak rapat
sehingga masih dapat dipakai untuk melewatkan senyawa kimia melewati
ektodesmata (plasmodesmata yang menghadap keluar). Plasmodesmata adalah bagian
dinding sel yang tidak ikut mengalami penebalan, yang sehingga seperti porous
atau lubang – lubang.
Kutin
mengandung asam lemak tinggi dengan ikatan kovalen yang fungsinya sebagai
pelindung dari serangan pathogen dan dehidrasi. Kalau khitin terdapat pada
kutikula artropoda merupakan polisakarida dari polimer asetil glukosamin.
Gambar
1
Gambar
2
Beberapa senyawa penyusun
dinding sel pada tumbuhan, antara lain:
1. Hemiselulosa
Hemiselulosa
merupakan polisakarida yang tersusun atas glukosa, xilosa, manosa dan asam
glukoronat. Di dalam dinding sel, hemiselulosa berfungsi sebagai perekat antar
mikrofibril selulosa.
2. Pektin
Pektin
merupakan polisakarida yang tersusun atas galaktosa, arabinosa, dan asam
galakturonat.
3. Lignin
Lignin
hanya dijumpai pada dinding sel yang dewasa dan berfungsi untuk melindungi sel
tumbuhan terhadap lingkungan yang tidak menguntungkan.
4. Kutin
Kutin
merupakan suatu selubung atau lapisan pada permukaan atas daun atau batang dan
berfungsi untuk mencegah dehidrasi akibat penguapan dan melindungi kerusakan
sel akibat patogen dari luar.
5. Protein
dan lemak
Di
dalam dinding sel ditemukan dalam jumlah yang sedikit.
6.
Selulosa
Selulosa
pada kayu kurang lebih 45% dari berat keringnya, sedangkan pada kapas kurang
lebih 98%. Selulosa adalah polimer lurus yang terdiri atas unit-unit glukosa
yang membentuk rantai yang saling berhubungan melalui ikatan glikosidaβ 1-4.
Satu molekul selulosa terdiri atas 8.000-15.000 unit glikosa. Dalam satu
mikrofibril, setiap rantai glukosa membentuk ikatan hidrogen dengan rantai
glukosa yang ada didekatnya sehingga secara struktural mikrofibril menjadi
lebih stabil.
7.
Mikrofibril
Dinding primer tersusun atas selulosa,
yaitu suatu polimerβ-glukosa dengan ikatanβ 1-4. Kurang lebih 8.000- 15.000
gugusβ-glukosa secara bersama-sama membentuk satu rantai selulosa. Kurang lebih
40-70 tantai molekul selulosa terdapat dalam kelompok-kelompok yang sejajar
membentuk mikrofibril. Mikrofibril-mikrofibril saling berkelompok membentuk
mikrofibril dengan diameter± 0,5µ dan tampak dengan mikroskop cahaya. Di dalam
dinding sel, mikrofibril dilapisi oleh hemiselulosa yang selanjutnya
dihubungkan ke hemiselulosa lain oleh pektin dan polisakarida.
Pada dinding primer,
mikrofibril-mikrofibril tersusun erat dan letaknya tersebar (Gambar 4.20).
Ruang-ruang di antara mikrofibril diisi oleh air, protein dan bahan dinding sel
lain, yaitu hemiselulosa dan pektin. Mikrofibril-mikrofibril tersebut bersifat
lentur dan dapat memanjang. Kandungan hemiselulosa tinggi dan selulosa rendah.
Dinding primer adalah struktur yang pertama dibentuk dan diletakkan pada
lamella tengah.
Dinding sekunder terutama terdiri atas
selulosa. Pada beberapa sel terdapat pektin. Lapisan terluar dinding sel
sekunder terdapat lignin, kutin, dan suberin. Lignin terdiri atas tiga macam
yaitu koniferin alkohol, senafil alkohol, dan kumoril alkohol. Kutin merupakan
rentai karbohidrat dengan jumlah atom C antara 21-35. Lilin adalah ester asam
lemak dengan alkohol.
Pada dinding primer, mikrofibril
tersebar dalam suatu matriks , bersifat lentur, dan memanjang bersama-sama
dengan pemanjangan protoplasma, kadar hemiselulosa tinggi dan hemiselulosa
relatif rendah. Dinding primer merupakan struktur yang pertama kali diletakkan
pada lamella tengah. Pada dinding sekunder, mikrofibrilnya tersusun sejajar,
kaku dan tidak dapat memanjang, kadar hemiselulosa relatif rendah dan selulosanya
lebih banyak. Dinding sekunder dibentuk setelah sel mencapai ukuran yang
maksimum. Dinding sekunder merupakan suatu struktur multilamella.
Pertumbuhan
Dinding Sel Pada Tumbuhan
Pada
pertumbuhan dinding sel, ada dua proses yang terlibat, yaitu pembelahan sel dan
pemanjangan sel. Pembelahan sel berlangsung pada jaringan meristematis. Sel-
sel anak yang dihasilkan pada jaringan meristematis mempunyai ukuran yang lebih
kecil dari pada sel-sel dewasa. Setelah sel anak terbentuk, maka selanjutnya
ter-jadi pemanjangan sel. Ada dua teori yang berkenaan dengan pemanjangan
dinding sel, yaitu teori multinet, dan teori orientasi aktif.
Menurut
teori multinet , mikrofibril diletakkan pada permukaan bagian dalam dinding sel
menurut arah melintang terhadap panjang sel. Pada waktu dinding sel memanjang,
mikrofibril-mikrofibril mengalami reorientasi ulang ke arah sumbu longitudinal
sel hingga mikrofibril sejajar dengan sumbu. Dengan demikian orientasi
mikrofibril menurut teori multinet berlangsung secara pasif mengikuti perentangan
dinding sel selama berlangsungnya pertumbuhan
Hubungan Antara Dinding Sel dan
Pemasakan Buah
Dalam proses pemasakan buah
terdapat yang namanya softening fruit dan ripening fruit,
yaitu salah satu proses dalam pelunakan buah. Kita semua tahu bahwa jika buah
mengalami pemasakan, akan mengalami pelunakan juga.
Ternyata proses pemasakan atau
pelunakan ini berhubungan dengan dinding sel yang terdapat dalam sel
buah-buahan, yang dimana komposisi dinding sel adalah sebagian besar
polisakarida. Sekedar informasi, bahwa dinding sel sifatnya kuat, sehingga
untuk memudahkan dalam pelunakan diperlukan enzim yang berperan dalam
hidrolisis. Enzim tersebut adalah hydrolase. Berikut adalah beberapa contoh
hydrolase :
· Polygalacturonase (PG)
: merupakan enzim yang mendeterminasikan degradasi pektin dan berpengaruh pada
jaringan pelunakan. Yang dihidrolisis di sini adalah galakturonide. Enzim ini
ditemukan pada buah, karena ini merupakan spesifik enzim pada proses ripening
fruit. Jumlahnya melimpah dalam buah, akan tetap setiap spesies akan berbeda.
Gen yang berhubungan dengan enzim ini adalah MPG1, 2, 3. Baru-baru ini
dikembangkan untuk pembuatan tanaman transgenik pada tomat, melon, apel, dll.
· α -Arabinosidase :
enzim ini berkontribusi dalam modifikasi dinding sel selama ripening dan
softening. Telah diidentifikasi bahwa pada sebagian besar buah, terjadi
kehilangan arabinosyl yang di situ sebagian besar komposisinya adalah pektin.
Sebenarnya gen yang berperan dalam enzim ini masih belum diketahui. α
-Arabinosidase merupakan salah satu hydrolase yang membongkar pektin seperti
pada PME (pectinmethylesterase) dan PAE (pectin acetylesterase).
· β-Galactosidase
: Enzim ini bekerja pada saat ripening fruit di dinding sel. Bagian yang
mengalami perubahan adalah hilangnya residu galactosyl pada polimer dinding
sel. Gen yang berperan adalah TBG1, mengkode N-terminal amino acid sequence
yang dipurifikasi β-galactosidase II. Ada pula TBG4 (pTomβgal4) yang perannya
tidak sama dengan TBG1, yaitu menghubungkan N-terminal sequence untuk isoform
β-galactosidase II
· α-Galactosidase
: enzim tersebut dapat dibagi menjadi grup, yaitu asam dan basa, tergantung
dari respon pH. Pada bentuk asam, berperan dalam biji dan germinasi. Gen yang
berperan pada tanaman masih belum diketahui. Sedangkan pada yeast, gen MEL1
pada Saccharomyces cerevisiae berhasil diamplifikasi. Gen tersebut
berpengaruh pada degradasi raffinose. Raffinose merupakan indigestible
trisaccharide yang terdapat pada buah dan sayuran.
Selain enzim hydrolase di atas, ada
gen yang berperan juga dalam proses ripening fruit dan softening fruit, yaitu Expansin.
Gen ini berperan merusak ikatan hidrogen pada polimer dinding sel. Telah
diobservasi pada meristem tomat, expanding tissues, ripening fruit.
1 komentar:
terimakasih ilmunya.
bertanya ka. jaringan tanamana apa yg harus d pertahankan dari pathogen penyakit fungi dan bakteri.. ?
dan bagaimana cara mempertahankan jaringan tersebut resisten terhadap penyakit
Posting Komentar